Home

Bau Busuk

 Bau Busuk

Semua mata tertuju padaku, mendadak udara di sekitarku menjadi sangat dingin, keringat pun mulai keluar dari pori-pori tubuhku, ingin rasanya aku memecahkan kepala Fikri dengan papan tulis.

Pagi itu Ayamku berkokok keras sekali, seolah membangunkan aku dari mimpi, matahari mulai keluar dari ufuk timur, embun-embun menghiasi daun yang hijau, burung burung pun bernyayi dan bunga-bunga pun tersenyum, aku bergegas bangun dari tempat tidurku, seperti hari sekolah biasanya aku bangun pukul 06.30 pagi dan langsung menuju kamar mandi. Sesudah mandi, aku menggunakan pakaian seragam sekolah dasar hari rabu yang sudah aku siapkan di malam harinya. setiap hari rabu dan kamis, kami selalu memakai baju batik, padahal tidak ada pesta kawinan di sekolahku. Aku menyisir rambutku agar terlihat ganteng dan menawan hari itu, setelah semuanya rapi aku pergi ke dapur untuk sarapan, biasanya ibuku memasak telur mata sapi. Kami termasuk keluarga kelas ekonomi menengah kebawah atau bisa disebut melarat, jadi wajar kalo kami tidak sarapan dengan roti dan jus jeruk di pagi hari seperti di FTV.

Sekarang aku sudah kenyang, aku menuju kamarku untuk mengambil tas dan ke ruang tamu untuk memakai sepatu homypedku, sebenarnya aku tidak suka sepatu ini tetapi bonus hadiahnya sangat menggiurka yaitu gasing lampu keluaran terbaru. Sesudah semuanya siap, aku pamit dengan orang tuaku untuk berangkat ke sekolah, tidak lupa pula, aku meminta uang jajan karena itu adalah aspek terpenting untuk pergi sekolah. Kulangkahkan kakiku melewati pintu pagar rumahku, kulambaikan tanganku kearah orang tuaku yang berdiri di depan rumah, angin berhembus kencang meniup poni rambutku, segerombol burung merpati melintas di langit biru dan aku berjalan meninggalkan rumah. ini aku ketik agar aku terlihat keren dan dramatis.

Perjalananku dimulai, aku melangkahkan kakiku menuju jalan utama yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku. Disana biasanya sudah ada Ari yang menungguku, tapi sepertinya kali ini berbeda, aku tak melihat Ari disana. “sebaiknya aku tunggu saja Ari, mungkin dia sedikit telat” ucapku dalam hati. Ari adalah teman satu komplek rumahku, namun kami tinggal di gang yang berbeda, walaupun kepala Ari mirip pesawat alien, dia adalah teman akrabku dari dulu. Kulihat jam tanganku, sudah 10 menit berlalu tapi Ari tak kunjung tampak batang hidungnya. “Maaf teman akrab, aku tidak mau menjadi gosong demi menunggumu”. Aku melanjutkan perjalananku. kulangkahkan kakiku dengan sedikit cepat karena aku takut terlambat datang ke sekolah lalu dihukum berjemur di depan tiang bendera.

Keringat mulai membasahi bajuku, langkah kaki ku semakin kencang, aku terus berjalan menuju sekolah, di tengah perjalanan aku merasa menginjak sesuatu yang lembut dan lunak, tak ku hiraukan apa yang ku injak, aku takut terlambat, mungkin itu hanya buah pepaya busuk. akhirnya Aku sampai di depan gerbang sekolah tepat ketika bell masuk sekolah berbunyi. “yeah aku tidak telat” ucapku dalam hati.

Aku langsung menuju kelasku, kelas 3A yang terletak di pojok kiri sekolah, aku memasuki kelas, kulihat teman- temanku sudah ramai di dalam kelas, sambil berjalan menuju mejaku, kulihat sekitar, aku tidak melihat keberadaan Ari. Aku duduk dan meletakkan tas di bangkuku. kutanyakan keberadaan Ari dengan teman kelasku tapi mereka tidak ada yang melihat Ari. Sepertinya Ari tidak sekolah hari ini atau Ari kembali ke kampung halamannya di planet alien, soalnya selama ini aku curiga Ari adalah seorang alien.

Teman-temanku sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, pagi itu suasana kelas sangat ribut, aku juga sibuk mencari sumber bau menyengat yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba guru jam pelajaran pertama memasuki kelas, teman-temanku menjadi panik dan kembali ke bangku mereka masing masing, suasana kelas mendadak hening seketika. “selamat pagi anak-anak” ucap ibu Ani. Ketua kelas langsung berdiri dari bangkunya dan memimpin kami untuk memberi salam kepada ibu Ani. Sesudah kami memberi salam, ibu Ani memerintahkan kami membuka buku bahasa indonesia. “Ayo buka buku bahasa indonesianya halaman 27” ucap ibu Ani, saya membuka tas saya sambil melihat kanan kiri dan mengendus mencari sumber bau busuk menyengat yang entah dari mana datangnya.

Terdengar suara teriakan Felia yang duduk di belakangku, “Ibu bau eek” ucap Felia. Aku menyambung ucapan Felia “Iya ibu bau eek” ucapku berteriak. dan seketika satu kelas ikut mencium bau yang aku cari sumbernya dari tadi, termasuk ibu Ani ikut mencium bau menyengat itu. Suasana kelas kembali menjadi ribut membahas bau busuk tersebut. “siapa ini yang eek dalam celana”, “siapa ini  yang kentut”, “siapa ini yang make parfum aroma kentut”. Kelas menjadi semakin hiruk, ibu Ani menyuruh kami tenang dan duduk di bangku masing masing. “anak-anak duduk di bangkunya lalu angkat sepatunya lihat ketelapak sepatu masing-masing” ucap ibu Ani.

Kamipun melaksanakan perintah ibu Ani. Kuangkat kaki kananku, kulihat telapak sepatu kanan dan aku tidak menemukan apa apa. Aku menurunkan kaki kananku sambil melihat sekitarku, semua siswa pada sibuk melihat sepatu masing masing, lalu aku mengakat kaki kiri, “sial” ucapku dalam hati, ternyata sumber bau busuk itu berasal dari telapak sepatu kiriku yang belumuran dengan eek kucing. Ketika aku ingin menurunkan kaki kiriku secara perlahan, Fikri yang duduk tepat di sampingku berteriak dengan keras “IBE NGINJAK EEK”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar