Sombong
Sombong (dalam bahasa Inggris: Pride atau Hubris) adalah perasaan berlebihan terhadap diri sendiri, di mana seseorang menganggap dirinya lebih unggul, penting, atau mampu dibandingkan orang lain, seringkali disertai sikap merendahkan atau mengabaikan orang lain.
Ciri-Ciri Orang Sombong
Menganggap Diri Paling Benar – Sulit menerima pendapat/kritik orang lain.
Suka Pamer – Selalu ingin diakui kehebatannya, baik dalam prestasi, harta, atau status.
Merendahkan Orang Lain – Memandang rendah kemampuan atau keberhasilan orang lain.
Tidak Mau Mengakui Kesalahan – Menyalahkan orang lain atau keadaan saat gagal.
Sulit Meminta Maaf atau Tolong – Karena merasa gengsi atau "tidak pantas" melakukannya.
Bahaya Kesombongan
Merusak Hubungan – Orang lain bisa merasa tersakiti atau dijauhi.
Menghambat Pertumbuhan – Tidak mau belajar karena merasa sudah cukup baik.
Dampak Spiritual – Dalam banyak agama, sombong dianggap dosa serius (contoh: kisah Iblis yang menolak sujud kepada Adam dalam Islam/Kristen).
Cara Mengatasi Sombong
Introspeksi Diri – Akui kelemahan dan kesalahan.
Belajar Rendah Hati – Dengarkan orang lain, hargai kontribusi mereka.
Bersyukur – Ingat bahwa keberhasilan bisa karena dukungan orang lain atau keberuntungan.
Terima Kritik – Jadikan masukan sebagai peluang untuk memperbaiki diri.
Contoh Kesombongan dalam Kehidupan Sehari-hari
Seorang karyawan merasa dialah yang paling berjasa di tim, lalu mengabaikan rekan kerjanya.
Siswa pintar yang mengejek temannya yang kurang pandai.
Orang kaya yang memamerkan kekayaannya untuk merasa lebih tinggi.
Dalam agama Islam, sombong (kibr) termasuk dosa besar. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi." (HR. Muslim).
Bagaimana Manusia Bertingkah Sombong ?
Manusia bisa bertingkah sombong dalam berbagai cara, baik secara terang-terangan maupun halus. Berikut beberapa contoh tingkah laku sombong yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari:
Sombong dalam Perkataan (Lisan)
Membanggakan diri sendiri:
"Aku nggak butuh belajar, soalnya aku udah paling pinter di kelas!"
"Gaji segini mah biasa buat orang selevel aku."
Merendahkan orang lain:
"Kerjaan kayak gitu aja nggak bisa, dasar lemot!"
"Lo mah belum pernah ke luar negeri, jadi nggak ngerti gaya hidup high-class."
Suka memotong pembicaraan: Merasa pendapatnya lebih penting, sehingga tidak memberi kesempatan orang lain bicara.
Sombong dalam Sikap (Non-Verbal)
Ekspresi wajah:
Mengangkat alis sinis saat orang lain berbicara.
Senyum kecut atau cibirkan bibir saat melihat pencapaian orang lain.
Body language:
Berdiri dengan tangan di pinggang (pose superior).
Melirik ke atas (eye-rolling) saat tidak setuju.
Gaya hidup pamer:
Sengaja memamerkan barang mewah di media sosial dengan caption merendahkan.
Datang terlambat ke acara agar dianggap "orang penting".
Sombong dalam Perilaku Sosial
Tidak mau bergaul dengan "orang biasa":
Memilih-milih teman hanya yang sekelas/selevel, mengucilkan yang dianggap "bawahannya".
Menolak bantuan/mengakui kesalahan:
"Aku nggak butuh bantuan siapa-siapa, bisa sendiri!" (padahal jelas kesulitan).
Merasa paling berjasa:
Di tim kerja, mengklaim semua keberhasilan adalah karena dirinya, mengabaikan kontribusi rekan.
Sombong dalam Pola Pikir
Menganggap pendapat sendiri mutlak benar:
Tidak terbuka pada diskusi, langsung menyalahkan orang lain.
Meremehkan usaha orang lain:
"Dia dapat nilai A cuma karena gurunya gampang kasih nilai."
Sindiran halus (backhanded compliment):
"Wah, akhirnya lo bisa beli rumah juga, ya… padahal udah lama nabung?"
Akar Kesombongan Menurut Psikologi
Rasa tidak aman (insecurity): Sombong sering jadi tameng untuk menutupi kekurangan diri.
Overcompensating: Orang yang merasa kurang di satu bidang, akan berlebihan di bidang lain untuk menutupinya.
Pola asuh: Dibesarkan dengan selalu dipuji berlebihan atau dimanjakan.
Dampak Negatif Kesombongan
Dijauhi orang lain → Kesepian sosial.
Hambatan karir → Sulit bekerja dalam tim.
Mental health → Depresi saat gagal, karena tidak terbiasa menghadapi kritik.
Kata-Kata Bijak tentang Kesombongan
"Orang yang sombong seperti burung merak: ekornya indah, tapi kakinya jelek." – Pepatah Tiongkok
"Kesombongan adalah penyakit yang membuat semua orang sakit, kecuali si sombong itu sendiri." – Ali bin Abi Thalib
Kenapa Manusia Bertingkah Sombong ?
Manusia bertingkah sombong karena kombinasi faktor psikologis, sosial, dan spiritual. Berikut penjelasan mendalam tentang akar kesombongan:
Mekanisme Pertahanan Diri (Psikologis)
Kompleks Inferioritas:
Orang yang merasa kurang (misal: kurang pintar, miskin, atau tidak menarik) sering bersikap sombong untuk menutupi rasa tidak amannya. Contoh: orang yang berasal dari keluarga sederhana tapi pamer gaya hidup mewah.
Overcompensating:
Seperti anak kecil yang berteriak "Aku nggak takut!" padahal gemetaran, kesombongan jadi tameng untuk menyembunyikan kerapuhan.
Analoginya: Seperti balon yang ditiup terlalu besar—semakin kosong di dalam, semakin besar ingin terlihat.
Pengaruh Lingkungan & Pola Asuh
Dimanjakan berlebihan:
Anak yang selalu dipuji "Kamu paling hebat!" tanpa diajari kerendahan hati, bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa dunia berpusat padanya.
Model pergaulan:
Di lingkungan kompetitif (misal: dunia bisnis atau selebriti), kesombongan sering dianggap sebagai "kepercayaan diri" dan dipelajari sebagai strategi sosial.
Fakta menarik: Studi Universitas Georgia menemukan, orang sombong cenderung dibesarkan oleh orang tua yang juga sombong.
Godaan Kekuasaan & Keberhasilan
Efek psikologis kekuasaan:
Penelitian Dacher Keltner (UC Berkeley) menunjukkan, orang yang mendapat posisi berkuasa sering mengalami "paradox of power"—semakin berkuasa, semakin kurang empatinya.
Kesuksesan yang membutakan:
Saat seseorang sukses, otak melepaskan dopamin berlebihan sehingga sulit membedakan antara "Aku berprestasi" dan "Aku manusia superior".
Contoh nyata: Banyak selebriti atau pengusaha yang awalnya rendah hati, berubah arogan setelah terkenal.
Pengaruh Budaya Materialistik
Masyarakat konsumeristik:
Budaya yang mengagungkan kekayaan, ketenaran, dan penampilan eksternal mendorong orang "sombong untuk eksis".
Contoh: Tren flexing di media sosial.
Kesepian modern:
Menurut psikolog Jean Twenge, di era media sosial, orang semakin terisolasi—kesombongan jadi cara untuk menarik perhatian.
Perspektif Spiritual & Filosofis
Dalam agama:
Islam: Kesombongan (kibr) adalah dosa pertama yang dilakukan Iblis (menolak sujud pada Adam).
Kristen: Pride disebut "ibu dari semua dosa" (St. Agustinus).
Budha: Kesombongan (māna) adalah salah satu 10 belenggu yang menghalangi pencerahan.
Filosofi Stoik:
Seneca mengatakan, "Kesombongan adalah tirani dari ilusi bahwa kita lebih dari sekadar manusia."
Mengapa Sulit Mengakui Kesombongan?
Otak manusia punya self-serving bias—kecenderungan untuk:
Menganggap kesuksesan karena diri sendiri.
Menyalahkan kegagalan pada faktor luar.
Inilah yang membuat orang sombong sulit introspeksi.
Bagaimana Menghadapinya?
Jika Anda merasa mulai sombong:
Ingat pencapaian terbesar Anda—seberapa besar peran orang lain/luck di sana?
Lakukan aktivitas yang mengingatkan pada kerendahan hati (misal: jadi relawan).
Jika menghadapi orang sombong:
Jangan diambil hati—seringkali itu cermin ketidakbahagiaan mereka.
Gunakan humor halus: "Wah, kayaknya kamu bisa gantikan Tuhan nih!"
Kesombongan adalah kebohongan yang kita ciptakan untuk meyakinkan diri bahwa kita cukup baik. Padahal, keindahan manusia justru ada dalam ketidaksempurnaannya yang rendah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar